Usamah bin Zaid merupakan tokoh Islam yang tidak asing lagi. Beliau merupakan panglima perang yang dikasihi Rasulullah sejak beliau masih bayi. Beliau menjadi panglima perang semasa usianya baru berumur 19tahun namun kehebatannya tidak bisa ditandingi.
Ibu beliau bernama Ummu Aiman wanita
Habsyi yang diberkati dan ayahandanya Zaid bin Haritsah yang merupakan
anak angkat Rasulullah sebelum Zaid memeluk Islam.
Sejak Usamah meningkat remaja,
sifat-sifat dan pekerti yang mulia sudah kelihatan pada dirinya, yang
memang patut menjadikannya sebagai kesayangan Rasulullah. Dia cerdik dan
pintar, bijaksana dan pandai, takwa dan wara. Ia sentiasa menjauhkan
diri dari perbuatan tercela.
Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin
Zaid datang ke hadapan Rasulullah saw. beserta serombongan anak-anak
sebayanya, putra-putra para sahabat. Mereka ingin turut jihad fi
sabilillah. Sebagian mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi
ditolak karena usianya masih sangat muda.
Usamah bin Zaid teramasuk kelompok
anak-anak yang tidak diterima. Karena itu, Usama pulang sambil menangis.
Dia sangat sedih karena tidak diperkenankan turut berperang di bawah
bendera Rasulullah.
Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid
datang pula bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. Usamah
berdiri tegap di hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar
beliau memperkenankannya turut berperang.
Rasulullah kasihan melihat Usamah yang
keras hati ingin turut berperang. Karena itu, beliau mengizinkannya,
Usamah pergi berperang menyandang pedang, jihad fi sabilillah. Ketika
itu dia baru berusia lima belas tahun.
Ketika terjadi Perang Hunain, tentera
muslimin terdesak sehingga barisannya menjadi kacau balau. Tetapi,
Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama denga ‘Abbas, Sufyan bin
Harits, dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia. Dengah
kelompok kecil ini, Rasulullah berjaya mengembalikan kekalahan para
sahabatnya menjadi kemenangan.
Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut
berperang di bawah komando ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika itu
umurnya kira-kira delapan belas tahun. Usamah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri tatkala ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada.
Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak pula mundur. Bahkan, dia terus
bertempur dengan gigih di bawah komando Ja’far bin Abi Thalib hingga
Ja’far syahid di hadapan matanya pula.
Setelah peperangan, Usamah kembali ke
Madinah dengan menyerahkan kematian ayahnya kepada Allah SWT. Jasad
ayahnya ditinggalkan di bumi Syam (SYiria) dengan mengenang segala
kebaikan almarhum.
Pada tahun kesebelas hijriah Rasulullah
menurunkan perintah agar menyiapkan bala tentera untuk memerangi pasukan
Rum. Dalam pasukan itu terdapat antara lain Abu Bakar Shidiq, Umar bin
Khattab, Sa’ad bin ABi Waqqas, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan lain-lain
sahabat yang tua-tua.
Rasulullah mengangkat Usamah bin Zaid
yang muda remaja menjadi panglima seluruh pasukan yang akan
diberangkatkan. Ketika itu usia Usamah belum melebihi dua puluh tahun.
Usamah terus maju membawa pasukan tentara
yang dipimpinnya. Segala perintah Rasulullah kepadanya dilaksanakan
sebaik-baiknya. Tiba di Balqa’ dan Qal’atud Daarum, termasuk daerah
Palestina, Usamah berhenti dan memerintahkan tentaranya berkemah.
Kehebatan Rum dapat dihapuskannya dari hati kaum muslimin. Lalu,
dibentangkannya jalan raya di hadapan mereka bagi penaklukan Syam
(Syiria) dan Mesir.
Usamah berjaya kembali dari medan perang
dengan kemenangan gemilang. Mereka membawa harta rampasan yang banyak,
melebihi perkiraan yang diduga orang. Sehingga, orang mengatakan, “Belum
pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan
selamat dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang
dibawa pasukan Usamah bin Zaid.”
Video Nasyid berkaitan Usamah bin Zaid di bawah:
Video Nasyid berkaitan Usamah bin Zaid di bawah:
No comments:
Post a Comment