.

.

Sunday, November 23, 2014

Dari Vokalis Band Metal Menjadi Muslimah Berjilbab

Meskipun dahulu kita memiliki masa lalu yang kelam, tapi hal itu bukan jadi alasan bagi kita untuk tidak berubah ke arah yang lebih baik. Kita sebagai hamba Allah hanya boleh berharap, hari ini kita menjadi orang yang baik dan sampai akhir hayat tetap baik mengikut syariat.


Dan inilah yang dialami oleh seorang Muslimah yang sering dipanggil Novi. Banyak orang yang tidak mengetahui kalau dahulunya dia adalah seorang vokalis band metal dan sering naik turun panggung
. Hidayah Allah yang telah mengangkat dirinya dari jurang jahiliyah melontar suara dan aurat hingga akhirnya kembali kepada Islam.


Mungkin orang-orang yang dahulu mengenalnya akan terkaget-kaget melihat penampilannya yang sekarang. Bisa dibayangkan seorang vokalis band metal dengan dandanan urakan tapi sekarang mengenakan jilbab syar’i dan bercadar pula. Maasya Allah.

Beberapa waktu yang lalu Islampos berkesempatan berjumpa dan mewawancarai Novi untuk menceritakan pengalaman hidupnya. Kepada Islampos gadis berusia 25 tahun ini mengaku berasal dari keluarga yang keislamannya biasa saja bahkan menurutnya keluarganya cenderung liberal dan sekuler. Dan mungkin dengan latar belakang seperti inilah Novi kemudian bebas mengekspresikan masa remajanya dengan aktif menjadi anak band.

“Saya aktif di band dari tahun 2007 hingga awal 2012. Oh ya band saya beraliran progressive metal core dan saya sebagai vokalisnya. Yah lumayan lama saya aktif, sampai bersama teman-teman di band sudah seperti saudara sendiri,” ujar Novi.

Meskipun Novi berkumpul dan bergaul dengan teman-teman anak band yang dianggapnya sudah seperti saudara sendiri serta memberikan nuansa lain dari kehidupan pribadinya, namun suasana jenuh juga menghinggapi gadis yang dikenal enerjik tersebut.

“Jadi sebenernya saya itu sekitar 2 bulan sebelum keluar dari band sudah memutuskan memakai tudung. Tapi yah gitu deh, ngerasa gak enak sekaligus malu. Jadi kalau latihan biasa tudungnya dipakai. Nah pas manggung sebelum sampai ke lokasi, tudung sudah siap-siap dilepas. Dari situ mulai galau juga. Tudung saya waktu itu masih seadanya, kerudung paris ama pasmina yang biasa cuma nyelepet di leher doang, itupun dengan dandanan yang jauh dari menutup aurat. Gak lucu dong, head bang pakai tudung heheheh,” canda Novi.

Diakui juga oleh Novi bahwa awal dirinya mengenakan tudung hanya ikut-ikutan teman bukan didasari dari pemahamannya atas ilmu keislaman. “Jujur waktu itu pakai tudung tanpa tau ilmunya, cuma ikutan teman aja. Teman-teman saya yang pakai tudung itu kayaknya bersahaja bangetgitu, punya pacar kayaknya baik-baik, kuliah lancar pokoknya yang baik-baik semua deh. Nah dari situ kepikiran juga kalo pakai tudung entar bisa punya pacar sholeh..hehehehe. Ya gitulah sudah salah niat awalnya dan ga tau ilmunya, jadi lepas pasang tudung menurut saya waktu itu yah oke dan fine-fineaja,” ujar pengajar di SDIT Elfawwaz jalan Bangka Mampang Jakarta Selatan ini.

Jenuh jadi anak band

Sebelum memutuskan untuk cabut total dari dunia band, Novi mengaku titik jenuh di dirinya sudah sampai puncaknya. Suasana ceria saat berkumpul, manggung, latihan bersama menjadi hambar. Belum lagi ada tekanan dari pihak orang tua, karena dirinya sering pulang malam dan kuliah malas-malasan. Novi mulai bimbang antara tetap di band atau memutuskan untuk keluar.

Kegalauannya itu semakin menjadi ketika Novi mulai berpikir bahwa dirinya tidak bisa seperti ini terus, dirinya harus move onkeluar dari zona nyaman bersama teman-teman bandnya ke lingkungan yang berbeda. Mulailah sedikit demi sedikit Novi menghindar dari teman-teman bandnya.

“Mulai dari menjauh dulu dari mereka dan susah dihubungi dengan alasan macam-macam supaya gak latihan, padahal waktu itu sedang persiapan untuk membuat mini album. Teman-teman sampai nyamperin ke rumah, sampai akhirnya mereka bosan ngehubungin saya lagi, udah deh akhirnya resmi keluar,” kenang Novi.

Keluar dari suasana hingar bingar musik metal, Novi mulai menata kembali kehidupannya dengan fokus kuliah agar bisa cepat segera lulus serta menjalin silaturahim dengan teman-teman akhwatnya karena semasa jadi anak band, majoriti teman Novi adalah laki-laki. Dan sejak itulah benih-benih hidayah mulai memasuki relung hati Novi yang paling dalam. Novi mulai rajin mengikuti pengajian-pengajian, membaca buku-buku agama sampai akhirnya memutuskan untuk mengenakan jilbab yang sesuai syari’at.

Novi juga merasakan bagaimana beratnya waktu awal-awal harus meninggalkan temannya sesama anak band. Namun di masa-masa galau seperti itu banyak teman-temannya akhwatnya yang mensupport dia untuk lebih tegar menjalani hidup.

Alhamdulillah sudah digantiin Allah dengan teman yang bisa nuntun ke arah yang lebih baik,” kisahnya.

Dituduh sesat

Ada yang unik sewaktu dirinya pertama kali mengenakan tudung, banyak temannya hanya berkomentar “Dah tobat lu ya” tapi setelah memutuskan untuk mengenakan jilbab yang sesuai syariat, justru pandangan negatif yang sering dilontarkan orang kepadanya.

“Saya dituduh ikutan aliran sesat dan ini sering banget bahkan sampai sekarang masih aja ada yang bilang gitu. Belum lagi tekanan dari keluarga yang bilang kalau pakai jilbab Syar’i susah beraktifitas jadi seperti emak-emak. Bahkan tetangga ada yang ngeliatinnya dari atas sampai bawah terus langsung ngelaporin ke orang tua saya mereka bilang ke orang tua saya ..ati-ati anaknya ikut-ikutan aliran sesat..Laa hawla wala kuwwata Illa billah. Sudah lah ga punya teman, tiap hari dapat omongan seperti itu eh di rumah dapat tekanan juga. Sedih rasanya, jadinya sering galau dan di kamar nangis mulu,” urai Novi dengan nada sedih.

Novi mengakui, dirinya masih agak susah mengkondisikan keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan ia pun jika di lingkungan tempat tinggalnya terpaksa harus melepas cadar, namun dirinya berharap ke depannya ia ingin tetap istiqamahbercadar.

Tantangan seperti itu bagi Novi membuat dirinya berusaha belajar Islam serta mengamalkan Islam lebih baik lagi. Kajian-kajian keislaman secara rutin diikuti oleh Novi dari berbagai ustadz. Bahkan kini ia juga mulai mengkampanyekan penggunaan jilbab syar’i dengan bergabung dengan komunitas SPJ (Solidaritas Peduli Jilbab) cabang Tangerang.

Kini diusianya yang beranjak ke 26 tahun sebagai Muslimah normal, alumni Universitas Bina Nusantara ini berharap akan datang sosok pria shalih yang melamar dirinya dan menerima segala kekurangan serta kelebihan yang ada padanya. Sumber: islampos