.

.

Friday, June 19, 2015

11 Peristiwa Bersejarah Islam di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan tidak sebatas sebagai bulan suci bagi umat Muslim. Dalam sejarah Islam, sejumlah peristiwa besar yang sangat menentukan dan bermakna bagi umat Muslim terjadi di bulan ini. Sedikitnya, ada 11 peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Islam, baik klasik ataupun modern. Apa sajakah peristiwa-peristiwa tersebut?
Berikut 11 Peristiwa Bersejarah Islam di Bulan Ramadhan.
1. Pembebasan Makkah (Fathul Makkah)
Apa itu Fathul Makkah? Peristiwa Fathul Makkah adalah sebuah peristiwa di mana akhirnya Nabi Muhammad dan para sahabat berhasil menguasai Makkah dan menghancurkan berhala-berhala di sekitarnya. Sehingga Ka’bah kembali suci. Peristiwa ini bermula dari perjanjian Hudaibiyah tahun 628 M. Ini adalah perjanjian antara kaum muslimin dan kaum Quraisy. Perjanjian ini terjadi ketika satu rombongan yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad hendak melaksanakan haji di Baitullah. Namun, pihak Quraisy melihatnya sebagai sebuah ancaman. Jika orang-orang dari Madinah, yang notabene adalah rival dari kafir Quraisy datang ke Makkah, maka apa tanggapan orang-orang nanti? Untuk itulah, pemuka-pemuka Quraisy dengan segala daya upaya menyusun sebuah strategi, yaitu mengikat kaum muslimin dalam suatu perjanjian agar tidak dapat leluasa mengunjungi Makkah. Dan terjadilah perjanjian Hudaibiyah. Ketakutan kaum kafir Quraisy ini wajar muncul, sebab setelah Nabi saw dan beberapa ratus sahabat hijrah dari Makkah menuju Yatsrib (Madinah), antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy hampir selalu terjadi peperangan yang tak terelakkan. Dalam pengepungan selama 20 hari oleh 10 ribu pasukan Quraisy terhadap Madinah pada tahun 627 M, Nabi Muhammad saw dan 3.000 umat Islam berhasil mempertahankan Madinah.
Isi perjanjian Hudaibiyah antara lain:
  • Pertama, gencatan senjata selama sepuluh tahun
  • Kedua, orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal di sana selama tiga hari saja dengan hanya membawa sebilah senjata.
  • Ketiga, bekerja sama dalam perkara yang membawa kepada kebaikan.
  • Keempat, orang Quraisy yang lari ke pihak Islam harus dikembalikan ke Makkah.
  • Kelima, orang Islam yang lari ke Makkah tidak dikembalikan ke Madinah,
  • keenam, kedua belah pihak boleh membangun kerja sama dengan kabilah lain tapi tidak boleh membantu dalam hal peperangan.
Akhirnya pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah, dan kemudian menguasai Makkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikit pun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka’bah.
2. Bulan Diturunkan Alquran
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Alquran: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)…” (QS Al Baqarah: 185)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Allah SWT memuji Ramadan di antara bulan-bulan lainnya, karena Dia telah memilihnya di antara semua bulan sebagai bulan yang padanya diturunkan Al-quran yang agung”. Sebagaimana Allah mengkhususkan Ramadan sebagai bulan diturunkannya Alquran, sesungguhnya telah disebutkan oleh hadits bahwa pada bulan Ramadhan pula kitab Allah lainnya diturunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad saw.
Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya meriwayatkan: “Lembaran-lembaran (shuhuf) Nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadan dan kitab Taurat diturunkan pada tanggal enam Ramadan, dan kitab Injil diturunkan pada tanggal tiga belas Ramadan, sedang Alquran diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad dalam Musnad, dan dinyatakan hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 1575)
3. Peristiwa Perang Badar
Pada hari Jumat 2 Ramadhan tahun ke-2 H terjadi perang pertama dalam Islam yang dikenal Perang Badar. Badar adalah nama tempat di sebuah lembah yang terletak di antara Madinah dan Makkah. Tentara Islam mengontrol lokasi strategis dengan menguasai sumber air yang ada di daerah tersebut.
Perang ini melibatkan tentara Islam sebanyak 313 anggota berhadapan dengan 1.000 tentara musyrikin Makkah yang lengkap bersenjata. Dalam perang ini, tentara Islam memenangkan pertempuran dengan 70 tentara musyrikin terbunuh, 70 lagi ditawan. Sisanya melarikan diri.
Perang ini adalah suatu yang luar biasa ketika tentara Islam yang kurang jumlah, lemah dari sudut kelengkapan dan berpuasa dalam bulan Ramadan memenangkan pertempuran Perang Badar. Ini membuktikan puasa bukan penyebab umat Islam bersikap lemah dan malas sebaliknya berusaha demi mencapai keridhaan Allah. Orang yang berjuang demi mencapai keridhaan Allah pasti mencapai kemenangan yang dijanjikan.
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS Al-Imran:123)
4. Islam Masuk ke Yaman
Yaman terletak di selatan semenanjung tanah Arab. Nabi Muhammad mengutus Ali bin Abi Thalib dengan membawa surat beliau untuk penduduk Yaman khususnya suku Hamdan. Dalam periode satu hari, semua mereka memeluk agama Islam secara aman. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada bulan Ramadan tahun ke-10 hijrah.
5. Khalid bin Walid Meruntuhkan Berhala Al ‘uzza
Setelah umat Islam membebaskan kota Makkah, Nabi Muhammad saw menyucikannya dengan memusnahkan 360 patung di sekeliling Ka’bah. Lima hari sebelum berakhirnya Ramadhan tahun ke-9 H, Rasulullah mengirim Khalid bin Walid untuk memusnahkan patung al ‘Uzza di Nakhla. Menurut kepercayaan Arab jahiliyah, al ‘Uzza adalah patung dewi terbesar di daerah tersebut. Khalid bin Walid melaksanakan tugas itu dengan bergerak menuju ke Nakhla lalu menghancurkan patung al ‘Uzza. Setelah itu, penyembahan patung pun berakhir.
6. Penyerahan Kota Taif
Kota Taif pernah mencatat sejarah ketika penduduknya mengusir Nabi Muhammad saw saat berdakwah di sana. Setelah beliau dan umat Islam berhasil membebaskan Makkah, kaum Bani Thaqif bersikeras tidak mau tunduk kepada Nabi Muhammad.
Nabi muhammad dan tentara Islam lalu maju ke Taif dan mengepungnya dalam waktu lama. Akhirnya kaum Bani Thaqif datang ke Makkah di bulan Ramadan tahun ke-9 H dengan menyerahkan kota Taif sebagai tanda menyerah.
7. Pembebasan Andalusia (Spanyol)
Andalus adalah nama Arab yang diberikan kepada wilayah-wilayah bagian semenanjung Liberia yang diperintah oleh orang Islam selama beberapa waktu mulai tahun 711 sampai 1492 M. Pada 28 Ramadan tahun ke-92 H, panglima Islam bernama Tariq bin Ziyad dikirim pemerintahan Bani Umayyah untuk menawan Andalus.
Tariq memimpin armada Islam menyeberangi laut yang memisahkan Afrika dan Eropa. Setelah pasukan Islam mendarat, Tariq membakar kapal-kapal tentara Islam agar mereka tidak berpikir untuk mundur. Akhirnya pasukan Tariq berhasil menguasai Andalus dan menyelamatkan rakyat Andalus yang dizalimi. Islam bertapak di Andalus selama delapan abad.
8. Peperangan Zallaqah di Portugal
Peristiwa ini terjadi setelah subuh hari Jumat, bulan Ramadan tahun 459 H. Ketika itu, terjadi kebangkitan dinasti Murabit di Afrika Utara. Gubernur Cordova, Al Muktamin meminta bantuan Sultan Dinasti Murabit, Yusuf bin Tasyifin untuk memerangi Alfonso VI.
Tentara yang dipimpin oleh Alfonso VI yang berjumlah 80.000 tentara berhasil dikalahkan. Dalam waktu yang singkat Sultan Yusuf berhasil menguasai seluruh Spanyol dan menyelamatkan umat Islam. Setelah itu, Dinasti Murabit di Spanyol berdiri sejak 1090 sampai 1147 M.
9. Tentara Islam Mengalahkan Tentara Mongol
Pada tahun 126 sampai 1405 M, kaum Mongol melebarkan penaklukannya hampir semua benua Asia. Menurut sejarah, kekaisaran penaklukan mereka seluas 33 juta kilometer persegi. Jenderal tentara Mongol dikenal sebagai Genghis Khan. Dalam misi penaklukan itu, mereka membunuh lebih sejuta rakyat negara yang dikalahkan. Penaklukan mereka menjangkau sampai ke Moscow dan Kiev.
Pada tahun 1258, tentara pimpinan jenderal Hulagu Khan menyerbu kota Baghdad yang menjadi kemegahan Dinasti Abbasiah. Dalam serangan itu, banyak umat Islam terbunuh dan banyak buku karangan sarjana Islam dibuang ke dalam Sungai Eufrat dan Dajlah sehingga airnya menjadi hitam karena tinta. Pada 15 Ramadan 658 H bersamaan 1260 M, tentara Islam bangkit membuat serangan balas. Tentara Islam dan para ulama pimpinan Sultan Qutuz dari dinasti Mamluk, Mesir menyerbu ke Palestina setelah Mongol menguasainya. Kedua pihak bertemu di Ain jalut. Terjadilah Perang Ain Jalut.
Dalam pertempuran itu, tentara Islam meraih kemenangan dan berhasil menawan Kitbuqa Noyen, penasihat Hulagu Khan yang menasihatinya untuk menyerang Baghdad. Kitbuqa akhirnya dieksekusi. Kemenangan itu adalah suatu yang luar biasa saat Mongol yang terkenal dengan kekerasan akhirnya kalah pada tentara Islam.
10. Peperangan Yakhliz
Pada 15 Ramadan 1294 H, tentara Islam dari Dinasti Ottoman yang dipimpin oleh Ahmad Mukhtar Basya dengan jumlah 34.000 anggota mengalahkan tentara Rusia yang berjumlah 740.000. Sebanyak 10.000 tentara Rusia tewas dalam pertempuran itu. Ia menjadi kebanggaan umat Islam mempertahankan agama yang diancam oleh pemerintah Tzar di Rusia.
11. Direbutnya Garis Bar Lev, Israel
Dalam sejarah modern, terjadi Perang Yom Kippur yang melibatkan tentara Islam (Mesir dan Syria) dengan tentara Israel pada 10 Ramadan 1390 H bertepatan dengan 6 0ktober sampai 22 atau 24 Oktober 1973 M. Perang Yom Kippur, juga dikenal sebagai perang Arab-Israel 1973, Perang Oktober, dan Perang Ramadan.
Ia adalah bagian dari konflik Arab-Israel sejak dari tahun 1948. Pada bulan Juni 1967, terjadi perang enam hari antara Israel dengan Mesir, Syria dan Yordania. Dalam pertempuran itu, Israel berhasil menduduki bukit Golan, Syria, di utara dan semenanjung Sinai, Mesir, di selatan hingga ke kanal Suez. Setelah itu, Israel membangun barisan pertahanan di Sinai dan bukit Golan. Pada tahun 1971, Israel mengalokasikan USD 500 juta untuk membangun benteng dan kerja tanah raksasa yang dinamai Garis Bar Lev, mengambil nama jenderal Israel, Haim Ber Lev.
Tentara Islam berhasil merebut benteng itu sekaligus mengalahkan Israel. Antara peristiwa menarik dalam perang ini adalah peran seorang sarjana Islam merangkap sebagai Imam Masjid kota Suez, Syeikh Hafiz Salamah yang memimpin peperangan.

Monday, June 15, 2015

WALI SONGO UTUSAN KHALIFAH



Boleh dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peranan khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?
Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk belayar ke pulau Jawa.
Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestin  yang berdakwah di Banten. iaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestin.
Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestin. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.
Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang. Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun 839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440); Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.
Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.

TEMPOH DAKWAH WALI SONGO

Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli ilmuwan pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestin, Maulana Aliyuddin dari Palestin, dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke Tanah Jawa.
Pada tempoh berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari Palestin (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestin cucu Raja Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).
Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad) putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja Majapahit.
Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah kesultanan tinggal tunggu waktu.
Hubungan tersebut juga nampak antara Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah. Bernard Lewis menyebutkan bahwa pada tahun 1563M, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istambul untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk agama Islam jika kekhalifahan Utsmaniyah mau menolong mereka.
Saat itu kekhalifahan Utsmaniyah sedang disibukkan dengan berbagai masalah yang mendesak, yaitu pengepungan Malta dan Szigetvar di Hungaria, dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Setelah tertunda selama dua bulan, mereka akhirnya membentuk sebuah armada yang terdiri dari 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk membantu masyarakat Aceh yang terkepung.
Namun, sebahagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak, dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.
Hubungan ini nampak pula dalam penganugerahan gelaran-gelaran kehormatan diantaranya Abdul Qadir dari Kesultanan Banten misalnya, tahun 1048 H (1638 M) dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif Mekkah saat itu. Demikian pula Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar Sultan dari Syarif Mekah tahun 1051 H (1641 M ) dengan gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Pada tahun 1638 M, sultan Abdul Kadir Banten berhasil mengirim utusan membawa misi menghadap syarif Zaid di Mekah.
Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif mekah.
Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan ketenteraan yang diberikan oleh Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan ketenteraan berupa senjata disertai instruktur yang mengajar cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani (1300-1922).
Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh.
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun 1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.” Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran atas nama Sultan Turki.
Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan biasiswa kepada empat orang anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah, pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul, kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap [dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa “sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki Utsmani.
Dengan demikian, menunjukkan hubungan Nusantara sebagai sebahagian daripada Khilafah, baik saat Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh Syarif Mekkah.
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.
KESIMPULAN
Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan yang dikirimkan, masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. (Versi lain mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
- Seangkatan dengan beliau ada 2 wali dari Palestin yg berdakwah di Banten; salah satunya Maulana Hasanudin, beliau kakek Sultan Ageng Tirtayasa.
- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.
- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.
- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus, mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
(Sumber Muhammad Jazir, seorang budayawan & sejarawan Jawa , Pak Muhammad Jazir ini juga penasehat Sultan Hamengkubuwono X).
Adapun menurut Berita yang tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Sultan Muhammad I itu membentuk kumpulan beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa dimulai pada tahun 1404. Kumpulan tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki.
Wali Songo Angkatan Ke-1, tahun 1404 M/808 H. Terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli ruqyah.
Wali Songo Angkatan ke-2, tahun 1436 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Maulana Ishaq, asal Samarqand, Rusia Selatan
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Maulana Hasanuddin, asal Palestina
8. Maulana 'Aliyuddin, asal Palestina
9. Syekh Subakir, asal Persia Iran.
Wali Songo Angkatan ke-3, 1463 M, terdiri dari:
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, asal Mesir
4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi, asal Maroko
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-4,1473 M, terdiri dari :
1. Sunan Ampel, asal Champa, Muangthai Selatan
2. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Gunung Jati, asal Palestina
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-5,1478 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Syaikh Siti Jenar, asal Persia, Iran
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
Wali Songo Angkatan ke-6,1479 M, terdiri dari :
1. Sunan Giri, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim
2. Sunan Muria, asal Gunung Muria, Jawa Tengah
3. Raden Fattah, asal Majapahit, Raja Demak
4. Fathullah Khan (Falatehan), asal Cirebon
5. Sunan Kudus, asal Palestina
6. Sunan Tembayat, asal Pandanarang
7. Sunan Bonang, asal Surabaya, Jatim
8. Sunan Derajat, asal Surabaya, Jatim
9. Sunan Kalijaga, asal Tuban, Jatim
berbagai sumber

Friday, June 12, 2015

Akhir Zaman akan keluar Binatang Dabbatul Ardhi beri tanda Muslim dan Kafir.




Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami akan mengeluarkan seekor binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia sudah tidak yakin kepada ayat-ayat kami.”
(An Naml: 82)

Tanda kiamat besar yang kelima ini dapat dilihat oleh orang-orang Mu’min dan terjadinya berdekatan dengan terbitnya matahari dari barat.

Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya tanda-tanda kiamat pertama yang akan terjadi adalah terbitnya matahari dari tempat terbenamnya dan keluarnya seekor binatang kepada manusia pada waktu Dhuha, yang manapun diantara dua hal ini akan duluan terjadi, maka yang keduanya akan terjadi dalam waktu yang dekat.”
(Riwayat Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Ibn Majah dari ‘Abdullah bin ‘Umar)
Al Hafizh Ibn Hajar berkata:
“Dan kemungkinannya adalah bahwa binatang bumi tersebut akan muncul pada hari terbitnya matahari dari barat.” Al Hakim ‘Abdullah berkata: “Yang terlihat (dari nash-nash) adalah bahwa yang terjadi lebih dahulu adalah terbitnya matahari dari Barat atau pada waktu yang dekat darinya”. Kemudian Ibn Hajar berkata lagi: “Saya mengatakan bahwa hikmah dari hal tersebut adalah bahwa ketika matahari terbit dari barat tertutuplah pintu tobat, maka keluarnya binatang bumi tersebut adalah untuk membedakan antara orang Mu’min dengan orang kafir adalah untuk menekankan maksud dari tertutupnya pintu tobat.”
(Fahtul Baari, kitaburriqaq, Thulu’issyamsi Min Maghribiha, hal.303)

Barangkali yang menyebabkan dua tanda ini akan terjadi dalam urutan yang berdekatan adalah karena terjadinya salah satu dari dua tanda ini akan menutup pintu tobat, maka kedatangan tanda selanjutnya yaitu untuk menguatkan bahwa pintu tobat telah benar-benar tertutup. Wallahu A’lam.

Ketika matahari telah terbit dari barat maka tertutuplah pintu tobat dan dicaplah manusia menurut kelompok mereka (mu’min atau kafir). Lalu muncullah binatang bumi yang akan menekankan bahwa pintu tobat benar-benar telah tertutup dengan penandaan orang-orang Mu’min atau kafir.

Ciri-Ciri Binatang Bumi (Dabbatul Ardhi)

Ia adalah seekor binatang yang besar, berbulu panjang, berbulu roma pendek dan halus dan mempunyai beberapa kaki. Bentuknya adalah besar, akan tetapi kita tidak menemukan hadits-hadits yang shahih yang bisa dijadikan sebagai sandaran yang menerangkan tentang sifat-sifat besarnya, walaupun ada yang menerangkan sifat-sifat ini dengan terperinci yang menunjukkan berapa besarnya, dimana apabila ia keluar dari sebuah celah di bukit Shafa secepat lari kuda selama tiga hari maka belum akan keluar sepertiga dari badannya dan lain-lain sebagainya dari sifat-sifat yang menunjukkan berapa besarnya. Wallahu A’lam dengan hadits-hadits yang menerangkan sifat-sifat seperti tersebut. Masalah berapa besarnya adalah tidak terlalu penting bagi kita. 

Cukup bagi kita untuk meyakini saja bahwa Binatang Bumi benar-benar akan keluar di hari kiamat nanti berdasarkan firman dari Allah:
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami akan mengeluarkan seekor binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia sudah tidak yakin kepada ayat-ayat kami.”
(An Naml: 82)


Tujuan Dikeluarkannya Binatang Bumi (Dabbatul Ardhi) Oleh Allah

1. Berbicara (memperkatakan) kepada manusia bahwa: “Sesungguhnya manusia sudah tidak yakin dengan ayat-ayat Allah.”

2. Memberikan tanda-tanda atau cap di tiap-tiap wajah manusia dimana tanda-tanda itu akan membuat wajah orang mukminin bercahaya dan akan menggelapkan wajah orang-orang kafir.

3. Bahkan orang-orang yang berada di masjid yang paling terjaga dan terhormat yaitu Masjidil Haram, ia tidak akan berhenti dari kejaran mereka, ia akan memekik (bersuara) antara maqam Ibrahim dengan Hajarul Aswad (Ka’bah) sambil menebarkan tanah dari kepalanya, kemudian ia menghadap ke timur dan mengeluarkan suara keras yang melampaui segala penjurunya, kemudian ia menghadap ke barat dan melakukan hal yang sama. Hal itu menyebabkan manusia terpisah darinya secara bersama-sama (cerai berai dan dengan berkelompok) sedangkan satu kelompok dari kaum Muslim akan tetap bersiteguh dan mereka telah mengetahui bahwa ia adalah binatang Allah sedangkan mereka tidak akan dapat mengalahkan Allah.

Binatang tersebut memberi tanda pada muka orang mukminin sehingga ia menjadi terang seperti bintang dan binatang tersebut akan berjalan di muka bumi yang tidak dapat dikejar oleh siapapun serta tidak seorangpun yang dapat melarikan diri darinya, bahkan apabila seorang laki-laki berselindung darinya dengan melakukan shalat, maka Dabbatul Ardhi akan datang dari belakangnya dengan berkata: “Hai fulan mengapa baru sekarang kamu shalat?” Lalu ia memberi tanda pada mukanya dan pergi.

Rasulullah bersabda:
“Binatang bumi itu akan keluar dengan membawa Tongkat Musa dan Cincin Sulaiman, maka ia akan mencap hidung orang kafir dengan tongkat dan akan membuat terang wajah orang Mu’min degan cincin, sehingga degan demikian apabila telah berkumpul beberapa orang-orang yang makan di suatu meja hidangan, maka salah seorang dari mereka akan berkata: “Makanlah ini wahai orang Mu’min” dan “makanlah ini wahai orang kafir.”
(Riwayat Abu Dawud Ath Thayalisi, Ahmad dan Ibn Majah, semua riwayat tersebut berasal dari Hammad bin Salamah dari Abi Hurairah)

‘Abdullah bin Amru bin ‘Ash berkata bahwasanya binatang ini adalah Al Jassasah yang pernah disebut dalam hadits Tamimuddary. (Lihat Syarah An Nawawi atas Shahih Muslim)
   
Kredit: DetikIslam.blogspot