.
Wednesday, March 13, 2013
Abu Umamah Al-Bahili -Memiliki Karamah Sehingga Mengislamkan Kaumnya
Dalam kehidupan para sahabat, sering membuat orang kehairanan kerana karamah Ilahi yang diberikan kepada mereka untuk menolong mereka dalam menyiarkan agama Allah dan menghapus kejahilan yang membelenggu akal manusia. Di antara para sahabat ada yang diberi karamah dapat menyaksikan malaikat yang sedang memukul pasukan kafir di medan peperangan; seperti Abu Thalhah. Di antara mereka ada yang diberi karamah Allah melihat malaikat yang menjelma menjadi payung di atas rumahnya ketika ia membaca Al-Quran, seperti Usaid Ibnu Al-Hudair.
Di antara mereka ada pula yang diberi karamah Allah, ia dapat menurunkan hujan bila ia menadahkan tangannya ke langit dan berdoa kepada Allah agar hujan diturunkan, maka Allah segera mengabulkan doanya, seperti Al-Abbas bapa saudara Rasulullah SAW.
Di antara mereka ada yang diberi karamah Allah, tongkat boleh berubah menjadi lampu yang menyinari jalannya pada malam yang gelap gelita, seperti Thufail Ad-Dausi. Di antara mereka ada yang mendapat kiriman makanan dari Allah, ketika ia dipenjara kaum musyrikin, di dalam bilik yang tertutup, seperti Khabab Ibnu Al-Arat. Di antara mereka ada pula yang setelah mati syahid jenazahnya dimandikan oleh malaikat seperti Handhalan Ibn Abi Amir.
Beraneka ragam karamah dari Allah yang diberikan kepada para sahabat yang disebutkan sejarah Islam di mana kisah-kisahnya dikuatkan oleh sanad-sanad yang tidak dicampuri oleh keraguan. Karamah Allah yang diberikan kepada Abu Umamah Al-Bahili telah menyebabkan kaumnya tercengang kerana takjub. Maka mereka segera memeluk agama Islam yang didakwahkan Abu Umamah, hati mereka terbuka untuk menerima cahaya Ilahi, meskipun sebelum itu hati mereka terbelenggu oleh ajaran jahiliyah yang berisi kesesatan dan dugaan saja.
Adapun sebab-sebab kaum Abu Umamah masuk Islam adalah kerana pada suatu hari Suday Ibn Ajlan yang biasa dipanggil Abu Umamah datang kepada kaumnya dan mengajak mereka menyembah Allah. Abu Umamah mengisahkan peristiwa yang terjadi ketika ia bersama kaumnya yang menggembala. Ia berkata: “Ketika aku datang kepada kaumku, mereka telah memberi minum kambing-kambing mereka, memerah susunya dan meminumnya.
Ketika mereka melihat kedatanganku, mereka berkata: “Selamat datang wahai Suday Ibn Ajlan, kami mendengar bahawa kamu telah cenderung pada Muhammad.” Jawabku: “Tidak, tetapi aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah telah mengutus aku kepada kalian supaya menunjukkan Islam kepadamu.”
Ketika aku sedang bersama dengan mereka, tiba-tiba mereka menghidangkan bekas yang berisi darah, kemudian mereka berkumpul di sekelilingnya. Mereka berkata kepadaku: “Wahai Suday Ibn Ajlan, kemarilah.” Aku berkata kepada mereka: “Celakalah kalian! Aku datang kepadamu sebagai utusan dari orang yang mengharamkan atas kalian makanan semacam ini kecuali yang disembelih sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah.”
Mereka bertanya: “Bagaimana bunyi firman-Nya?”
Jawabku. “Telah diturunkan ayat Al-Quran yang menerangkan tentang makanan yang diharamkan: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging haiwan) yang disembelih atas nama selain Allah, (haiwan) yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas kecuali sempat kamu sembelih, dan (diharamkan bagi) yang disembelih untuk berhala.”
(Al-Maidah: 3)
Kemudian aku mengajak mereka kepada Islam, tetapi mereka menolak, ketika aku kehausan aku berkata kepada mereka: “Berilah aku minuman air, sungguh aku sangat haus.” Mereka berkata: “Tidak, kami akan membiarkan kamu mati kehausan.” Setelah itu aku membungkus kepalaku dengan kain serban kemudian aku tidur di bawah terik matahari yang sangat panas, dan aku biarkan mereka makan darah.
Tiba-tiba dalam tidurku aku melihat seseorang datang kepadaku dengan membawa sebuah bekas yang dibuat dari kaca; aku tidak pernah melihat bekas yang sebaik itu. Di dalamnya ada minuman yang menyegarkan yang tak pernah aku dapatkan di dunia. Aku mengambil bekas itu dan segera meminumnya hingga aku merasa kenyang. Setelah selesai minum, aku bangun. Demi Allah sejak saat itu aku tidak pernah haus sama sekali.
Ketika aku kenyang, salah seorang daripada mereka berkata pada mereka: “Telah datang padamu seorang dari keluarga kamu, mengapa kamu tidak memberinya makan.” Maka mereka datang kepadaku dengan membawa segelas susu; maka aku katakan pada mereka: “Aku tidak perlu lagi minuman ini.” Kemudian aku memperlihatkan perutku yang sudah kenyang pada mereka, sehingga mereka akhirnya masuk Islam.” Mereka meninggalkan berhala-berhala mereka dan masuk Islam. Mereka masuk Islam dengan hati yang rindu pada cahaya Ilahi dan kesucian agama Islam.
Abu Umamah adalah salah satu dari sahabat Rasulullah SAW yang dipilih Islam untuk menyampaikan sinar Islam, ia belajar Islam dari Rasulullah SAW dan ia menjalankan apa yang diajarkan padanya dengan penuh ketaatan dan kesungguhan.
Pada suatu ketika, ia mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan ucapan salam kesejahteraan untuk umat kita dan jaminan bagi ahli Dhimmah kita.” Sejak itu Abu Umamah sentiasa memberi salam kepada setiap yang dijumpainya. Tidaklah ia bertemu dengan seorang muslim baik itu muslim kecil atau besar, melainkan ia mengucapkan: “Assalamu’alaikum.”
Tidak seorang pun yang mendahului ia mengucapkan salam, kecuali hanya sekali saja. Iaitu ketika ada seorang Yahudi bersembunyi di balik pohon, kemudian Yahudi itu keluar dengan secara tiba-tiba dan mengucapkan salam padanya.
Maka Abu Umamah berkata padanya: “Celakalah kamu wahai orang Yahudi, apa yang mendorongmu untuk berbuat demikian?”
Jawab Yahudi itu; “Kamu adalah orang yang banyak mengucapkan salam, dan aku tahu itu lebih utama, maka aku ingin mendapatkan keutamaan itu dengan mengucapkan salam lebih dulu.”
Maka jawab Abu Umamah, “Sesungguhnya salam adalah ajaran akhlak Islam yang diajarkan oleh Rasulullah pada kami.”
Hal lain yang didapatkan oleh Abu Umamah dari Rasulullah adalah perintah untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Pada suatu ketika bonda Abu Umamah sedang sakit, maka baginda menyuruh Abu Umamah supaya tetap mendampingi ibunya hingga meninggal pada saat peperangan berlangsung. Setelah Rasulullah SAW memperoleh kemenangan pada peperangan tersebut dan baginda kembali ke Madinah, maka baginda mendatangi kubur bonda Abu Umamah dan meminta rahmat bagi almarhumah.
Abu Umamah salah seorang yang berbaiat kepada Rasulullah pada baiatur Ridwan yang diikrarkan di bawah pohon, hingga akhirnya kaum musyrikin mengajak berdamai dengan kaum muslimin yang terkenal dengan “Perjanjian al-Hudaibiyah.” Peristiwa itu terjadi pada 6 H. Ketika turun firman Allah dalam Al-Quran surah Al-Fath ayat 18 yang ertinya: “Sungguh Allah telah reda terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepada-Mu di bawah pohon, maka Allah telah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kesenangan yang dekat (waktunya).” Abu Umamah berkata: “Wahai Rasulullah SAW, aku termasuk orang yang berbaiat pada-Nya di bawah pohon itu.”
Rasulullah berkata padanya: “Kamu bahagian dari aku dan aku bahagian dari kamu.”
Abu Umamah sangat haus dengan ilmu pengetahuan; ketika ia mendengar suatu kalimat dari Rasulullah SAW maka ia menghafalkan. Ketika ia ditanya tentang rahsia mengapa ia lebih mengutamakan ilmu daripada berbaiat, ia berkata: “Tatkala Rasulullah SAW ditanya tentang dua orang, yang satu orang ahli ibadah dan yang satu seorang ahli ilmu, mana yang lebih utama dari keduanya? Rasulullah SAW bersabda: “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah itu, bagaikan keutamaan diriku daripada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang ramai.” Kemudian baginda membaca ayat (Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama).
Di antara sifat-sifat yang dimiliki oleh Abu Umamah Al-Bahili ialah sabar ketika ditimpa musibah, tidak pernah mengadukan persoalannya kepada orang lain, mensyukuri nikmat meskipun nikmat itu hanya sedikit. Sifatnya yang penyabar dan banyak bersyukur melapangkan hatinya dalam menghadapi berbagai kesusahan, meskipun kesusahan itu lebih berat dari sebuah gunung. Tapi ia mampu menanggungnya dengan iman yang teguh, kerana ia tahu, bahawa semua itu telah ditakdirkan Allah atas dirinya. Harta kekayaan tidak pernah ada ertinya bagi dirinya, oleh kerana itu ia selalu berpaling dari kesenangan duniawi kerana ia tidak menyukainya. Sekalipun ia tidak pernah mengunjungi para penguasa atau gabenor daerah.
Abu Umamah banyak hafal khutbah-khutbah Rasulullah dan ia senang meriwayatkan khutbah itu dengan nasihatnya yang benar dan terang.
Ia hidup sampai usia lanjut, keadaan badannya telah lemah dan kesihatannya telah menurun, meskipun demikian ia tidak pernah meninggalkan solat berjemaah baik ketika musim dingin atau pada musim panas. Lisannya tidak pernah dikotori perbuatan mengumpat atau mengadu domba. Ia tidak pernah membiarkan sesuatu masuk dalam fikirannya kecuali hanya Allah.
Ia berkisah pada suatu hari, ia meminta Rasulullah agar baginda menyuruhnya melakukan sesuatu amalan yang bermanfaat bagi dirinya di sisi Allah. Maka Rasulullah SAW bersabda padanya: “Hendaklah kamu sentiasa berpuasa, kerana pahala puasa tiada bandingan.” Sejak itu Abu Umamah berserta keluarga dan pelayannya selalu berpuasa. Dan mereka hanya memakan roti kering dan garam, mereka tidak menyalakan api kecuali bila ada tamu.
Abu Umamah belum merasa cukup dengan hanya berpuasa setahun, setelah itu ia datang pada Rasulullah SAW dan berkata pada baginda: “Wahai Rasulullah, engkau telah menyuruhku mengerjakan amalan (puasa), kini aku berharap agar Allah memberi manfaat padaku dengan amalan itu.” Rasulullah SAW bersabda padanya: “Ketahuilah, bahawa kamu tidak akan bersujud pada Allah sekalipun melainkan Allah akan mengangkat darjatmu dengan sujud itu atau Dia akan menghapus dosa-dosamu kerana sujud itu.”
Meskipun Abu Umamah orang yang tidak kaya, tetapi ia seorang dermawan, ia sering memberikan apa saja yang ada padanya. Ia tidak peduli apakah ada sesuatu yang untuk dimakan pada hari ini atau tidak, bahkan ia tidak pernah memberikan roti atau bawang jika tidak ada sesuatu yang lain untuk diberikan. Isterinya meriwayatkan: “Pada suatu hari di rumahnya tidak ada apa pun kecuali hanya wang 3 dinar. Tiba-tiba ada
seorang pengemis di depan rumah, maka ia memberinya pengemis 1 dinar. Kemudian datang pula pengemis lain maka ia memberikan satu dinar, dan begitu juga untuk pengemis yang ketiga datang.
Akhirnya aku marah dan berkata padanya: “Kita sudah tidak memiliki apa-apa.” Maka kemudian ia berbaring di atas tempat tidur dan menutup pintu sampai azan Zuhur. Aku datang padanya dan membangunkannya, maka ia pergi ke masjid dalam keadaan berpuasa, sehingga aku kasihan padanya, maka aku meminjam wang untuk membeli makanan untuknya berbuka.
Ketika aku menyiapkan lampu dan makan malam, ia berkata: “Hidangan ini lebih enak daripada yang lain.” Setelah ia baru selesai makan malam, tiba-tiba salah seorang sahabatnya datang dan berkata padanya: “Wahai Abu Umamah, ini wang sejumlah 3,000 dinar sebagai keuntungan pinjaman dari wang yang aku pinjam darimu beberapa tahun yang lalu.” Maka ia menatapkan wajahnya ke langit sambil berbisik: “Wang satu dinar dibalas dengan seribu dinar, alangkah besarnya balasan Zat Tuhan Yang Maha Pemurah.”
Pada tahun 86 H. Abu Umamah meninggal dunia menuju kampung akhirat untuk menikmati kehidupan di hadirat Allah, dengan memperoleh balasan sebagai orang mukmin, ahli ibadah, penyabar dan orang yang bersyukur.
dipetik dari
http://www.darulnuman.com/mkisah/kisah049.html#satu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ilmu yang berguna..terima kasih
ReplyDeleteBismillahirrohmaanirrohiim jzkk atas perkongsian ilmu mohon share moga diterima sebagai amal soleh In Syaa Allah Aamiin Allahumma Aamiin
ReplyDelete