Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” [HR Ahmad dan Baihaqi dari Nuâman bin Basyir dari Hudzaifah]
Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh penuh dengan ujian kesabaran dari Allah. Babak ini diwarnai dengan bercokolnya para Mulkan Jabbriyyan (Para Penguasa Diktator) di panggung kepemimpinan dunia. Inilah babak dimana ummat Islam babak belur. Inilah babak dimana giliran kemenangan Allah berikan kepada kaum kuffar. Allah cabut giliran kemenangan dan kepemimpinan dari tangan ummat Islam. Ummat Islam telah memimpin manuisa selama empat belas abad sepanjang tiga babak sebelumnya, yaitu babak An-Nubuwwah (Kenabian), Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti manhaj Nabi shollallahu ’alaih wa sallam) dan Mulkan Aadhdhon (Raja-raja yang menggigit).
Pada babak pertama babak An-Nubuwwah ummat Islam langsung dipimpin oleh Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam selama duapuluhtiga tahun. Lalu pada babak kedua Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah ummat
Islam dipimpin oleh para sahabat utama Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar bin
Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib alias para Khulafa Ar-Rasyidin selama tigapuluh tahun. Selanjutnya pada babak ketiga ummat Islam dipimpin oleh para Mulkan Aadhdhon ditandai
dengan berkuasanya tiga kerajaan besar yaitu Daulat Bani Umayyah,
Daulat Bani Abbasiyyah dan Kesultanan Ustmani Turki selama tigabelas
abad hingga tahun 1928/1382 H.
Babak ketiga disebut sebagai babak Mulkan Aadhdhon karena
pada masa itu walaupun ummat Islam memiliki para pemimpin yang dijuluki
khalifah, namun pola suksesinya menggunakan sistem waris turun-temurun
antar generasi. Sehingga Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
menyebutnya sebagai babak raja-raja. Dan mereka disebut sebagai para
raja yang menggigit karena mereka masih ”menggigit” Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Walaupun tidak sebaik babak sebelumnya dimana para Khulafa Ar-Rasyidin ”menggengam”
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ibarat orang yang mendaki bukit tentunya lebih
aman dan pasti bila talinya digenggam daripada digigit. Itulah sebabnya
seringkali
kita temukan di babak ketiga munculnya para khalifah yang berlaku zalim
kepada rakyat bahkan kepada ulama seperti Imam Ahmad bin Hambal.
Walaupun pada babak ketiga itu pula kita temukan khalifah yang jujur
dan adil-bijaksana seperti Umar bin Abdul Aziz.
Pada babak ketiga jika ummat menghadapi pemimpin
yang zalim, para ulama tidak membenarkan rakyat untuk berontak kepada
khalifah. Mengapa? Karena betapapun zalimnya person khalifah, namun
sistem yang berlaku masih sistem Islam. Hukum yang diterapkan masih
hukum dan syariat Allah. Sehingga menentang pemimpin berarti menentang
sistem yang Allah ridhai. Para ulama hanya menyuarakan protes melalui
nasihat yang terkadang sangat tajam kepada khalifah yang zalim.
Setelah berlalunya babak ketiga, maka ummat Islam
praktis menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Anak-anak
yatim kehilangan ayah. Dan gelandangan kehilangan tempat bernaung.
Mulailah ummat mengalami era yang paling kelam dalam sejarah Islam,
yaitu era kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan (Para Penguasa
Diktator). Bukan saja ummat dipimpin oleh person penguasa yang zalim,
tetapi sistem yang berlakupun bukan sistem Islam yang penuh keadilan
Ilahi. Sistem yang berlaku adalah sistem jahiliyyah alias sistem kafir
berlandaskan hukum buatan manusia yang banyak cacatnya dan penuh
ketidakadilan.
Namun, alhamdulillah, berdasarkan hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
ternyata era Akhir Zaman tidak berakhir di babak keempat. Masih ada
babak kelima yang bakal terjadi. Itulah babak yang disebut Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti manhaj Nabi).
Babak yang mirip dengan babak kedua era Akhir Zaman. Artinya, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberitahu kita semua bahwa setelah babak keempat yang penuh kezaliman dan kesewenang-wenangan di bawah kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan
(Para Penguasa Diktator), maka dunia akan menyaksikan kembali
beralihnya giliran kepemimpinan kepada orang-orang beriman.
Pertanyaannya ialah: bagaimanakah gerangan proses peralihan itu
berlangsung? Apakah ia akan berlangsung dengan mulus dan damai? Ataukah
ia akan diwarnai kehebohan dan huru-hara? Apakah cukup melalui meja
perundingan, permainan politik dan demokrasi? Ataukah ia menuntut
pengorbanan ummat Islam hingga perlu terjadinya al-jihad fi sabilillah dalam pengertian mengangkat senjata di jalan Allah?
Berdasarkan berbagai hadits yang menyangkut
tanda-tanda akhir zaman kita jumpai bahwa beralihnya kepemimpinan dunia
dari kaum kuffar kepada orang-orang beriman alias berpindahnya ummat
dari babak keempat Mulkan Jabbriyyan memasuki babak kelima Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah ternyata
melalui gejolak perang. Bahkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim
disebutkan bahwa setidaknya ada empat perang yang bakal dialami ummat
Islam di bawah kepemimpinan Imam Mahdi yang membawa kepada kemenangan
ummat Islam terhadap segenap Mulkan Jabbriyyan (Para Penguasa Diktator).
تَغْزُونَ جَزِيرَةَ الْعَرَبِ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ فَارِسَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ
ثُمَّ تَغْزُونَ الرُّومَ فَيَفْتَحُهَا اللَّهُ ثُمَّ تَغْزُونَ الدَّجَّالَ فَيَفْتَحُهُ اللَّهُ
”Kalian memerangi Jazirah Arab, lalu Allah
menaklukkannya. Kemudian Persia, lalu Allah menaklukkannya. Setelah itu
kalian memerangi Romawi, dan Allah menaklukkannya. Kemudian kalian
perangi Dajjal, lalu Allah menaklukkannya.” (HR Muslim 5161)
Jadi, akan ada dua perang yang sifatnya dimaksudkan untuk mengatasi problema internal
Ummat Islam, yaitu jazirah Arab (para diktator Sunni) serta Persia
(para diktator Syiah). Dan ada dua perang yang sifatnya untuk
menuntaskan musuh eksternal, yaitu Romawi (para diktator
Salibis-Nasrani) dan Dajjal yang memimpin pasukan Zionis-Yahudi yang
sekaligus merupakan fitnah paling dahsyat sepanjang zaman.
Haruskah kita menunggu kedatangan Imam Mahdi? Yang pasti, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam
telah mengisyaratkan bahwa kehadirannya merupakan kabar gembira dan
sepatutnya disambut dengan semangat oleh ummat Islam. Sebab dialah
–dengan izin Allah- yang bakal mengajak kita berpindah dari babak penuh
kezaliman menuju babak penuh keadilan.
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنْ النَّاسِ
وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا
“Aku kabarkan berita gembira mengenai Al-Mahdi
yang diutus Allah ke tengah ummatku ketika banyak terjadi perselisihan
antar-manusia dan gempa-gempa. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan
dan kejujuran sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan
kesewenang-wenangan dan kezaliman.” (HR Ahmad 10898)
Kondisi global dunia dewasa ini sarat
dengan perselisihan dan pertikaian. Bahkan di berbagai belahan bumi
mulai terkonsentrasi kantong-kantong perlawanan (baca: jihad) ummat Islam terhadap dominasi kekuatan dunia internasional yang memerangi ummat Islam dengan dalih War on Terror. Di Somalia ada Harakah Syabab Al-Mujahidin. Di Irak ada Al-Qaedah. Di Afghanistan dan
Pakistan
ada Thaliban. Di Kashmir ada Mujahidin Kashmir. Di Chechnya ada Umara
of Caucasian Mujahideen. Di Mindanao ada Moro Islamic Liberation Front.
Dan di bumi suci Palestina ada Hamas dengan sayap militernya Izzuddin
Al-Qossam beserta sayap militer faksi-faksi Palestina lainnya.
Tampaknya, hanya masalah waktu saja sebelum Allah
taqdirkan munculnya sang Komandan sekaligus Pemersatu Mujahidin, yaitu
lelaki keturunan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang namanya mirip nama Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan nama ayahnya mirip nama ayah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, yaitu Muhammad bin Abdullah.
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ
رجل مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي
يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah
ta’aala akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang
lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa
nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan
keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan
penganiayaan.” (HR Abu Dawud 9435)
Dari hadits di atas sebagian Ulama menyimpulkan bahwa Imam Mahdi akan memiliki nama Muhammad bin Abdullah. Sebab kata Nabi shollallahu ’alaih wa sallam namanya mirip nama Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sedangkan nama ayahnya mirip nama ayah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Itulah sebabnya para pejuang Palestina, khususnya kelompok Hamas mempunyai slogan perjuangan yang berbunyi:
خيبر خيبر يا يهود جيش محمد سوف يعود
“Wahai kaum Yahudi, Khaibar, Khaibar… Pasukan Muhammad pasti akan kembali.”
Istilah ”Pasukan Muhammad” mengisyaratkan ke masa lampau, yaitu pasukan pengikut Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam, dan sekaligus ke masa yang akan datang, yaitu pasukan pengikut Muhammad bin Abdullah lelaki yang kelak datang berpredikat Imam Mahdi...!
Adalah kewajiban setiap muslim dewasa ini untuk
mempersiapkan dirinya. Sebab bila sang Komandan sekaligus Pemersatu
Mujahidin itu telah datang, maka tidak ada hal lain yang perlu
dilakukan selain bergabung ke dalam pasukannya.
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ
“Ketika kalian melihatnya (Imam Mahdi) maka
ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas
salju.” (HR Ibnu Majah 4074)
Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan
yang segera berbai’at dengan Al-Mahdi bilamana ia telah datang.
Jadikanlah kami bagian dari pasukannya yang memperoleh satu dari dua
kebaikan: Hidup Mulia atau Mati Syahid... Amin ya Rabb...
Sila lihat video bagi tazkirah berkaitan hadis ini.
Sila lihat video bagi tazkirah berkaitan hadis ini.
Sumber: http://www.eramuslim.com/
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
ReplyDelete